Kamis, 04 Juni 2009

Iman, Bukan Perasaan

Apakah anda terbang "dengan kursi di pantatmu?"
Sudah tentu ini adalah istilah khusus di kalangan Angkatan Udara ..... tapi masalahnya serius. Banyak pilot terbaik telah "hancur" karena mereka tidak dapat belajar mempercayai perlengkapan mereka ketika perlengkapan itu tidak sesuai dengan perasaan-perasaan mereka.

Banyak lagi lainnya telah "pecah" menjadi korban vertigo, dimana ketika mereka terjepit mereka menyerah kepada "perasaan" mereka dan mengabaikan perlengkapan mereka.

Orang pun "hancur" secara rohani (jika seandainya mereka pernah terbang), karena mereka tampaknya tidak bisa belajar untuk mempercayai janji-janji Allah dan bukannya perasaan-perasaan mereka.

Sebagian orang tak pernah belajar terbang secara rohani, karena mereka adalah korban dari perasaan-perasaan mereka. MEREKA TIDAK PERNAH BELAJAR BERGANTUNG PADA FIRMAN ALLAH.

Sungguh suatu bencana: orang-orang yang baik namun hancur - tersungkur - ketika janji-janji Allah begitu dipegang, begitu dapat dipercayai.

JANJI-JANJI ITU TAK PERNAH GAGAL!

Suatu kelemahan umum di antara orang-orang Kristen ialah bahwa banyak yang mengacaukan iman dengan perasaan. Mereka mengira bahwa mereka percaya kepada Allah padahal sebenarnya mereka hanya mempercayai bagaimana perasaan mereka. Dan hal ini menjadi jelas dalam keadaan terjepit: kehidupan gagal, mereka menjadi lemah ..... dan anda menyangka bahwa Allah tidak lagi dapat dipercayai.

Seolah-olah janji-janji Allah hanya berlaku bila orang merasa nyaman!

Orang-orang demikian terbang secara rohani "dengan tempat duduk di pantat mereka." Keputusan-keputusan diambil dan pekerjaan-pekerjaan dilakukan menurut perasaan. Rasa tidak nyaman ..... tak satupun yang tercapai - atau gagal - salah satu!

Keadaan mengepung seperti kabut, rasa ragu mengikuti ..... dan bukannya percaya kepada Firman Allah, orang menyerah kepada vertigo keputusasaan. Booooommm!!!!

Penerbang yang bijak mengandalkan peralatannya, betapapun radikalnya peralatan itu berbeda dengan "perasaannya". Ia menaati peralatannya.

Peralatan itu bekerja sama baiknya ketika langit-langitnya nol - daya penglihatan nol - seperti halnya di kala terang. Mereka sama dapat diandalkan di tengah badai dan taufan seperti halnya dalam cuaca yang cerah. Mereka akan mengantarkan seseorang masuk ketika cuaca tampaknya tidak mungkin. Malah, ketika badai mengambil-alih, peralatan itu tidak dapat diabaikan.

Begitulah fungsi Firman Allah! Tak dapat ditaklukkan dan tak dapat gagal, tak terkalahkan dan dapat dipertukarkan. Orang dapat mempercayainya sepenuhnya, menyerahkan keseluruhan dirinya dan berat bebannya seluruhnya. Ia dapat menanggungnya!

Iman berpusat pada kesetiaan Allah, bukan perasaan manusia. Iman berakar dan tertanam dalam Firman Allah - bukan naluri manusia!

Seseorang mempercayai Allah dengan kehendaknya, bukan emosinya. Allah itu setia. Janji-janjinya benar. Ia dapat diandalkan! Itu suatu kenyataan!

Betapapun perasaan seseorang, ia tidak dapat membiarkan perasaannya membuat Allah menjadi pendusta!

"Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya" (Markus 9:23)

(Richard C. Halverson)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar